Senin, Agustus 16, 2010

BOTIA


          Ikan Botia memiliki Bentuk tubuh ikan botia adalah agak bulat memanjang dan agak pipih kesamping, kepala agak meruncing pipih kearah mulut (seperti torpedo). Badan tidak bersisik, mulut agak kebawah dengan 4 (empat) pasang sungut diatasnya Patil/duri dibawah mata yang akan keluar apabila merasa ada bahaya. Sirip dada dan sirip perut/anal berpasangan, sirip punggung tunggal dan sirip ekor bercagak agak dalam.
          Warna ikan kuning cerah dengan 3 (tiga) garis lebar atau pita hitam lebar. Pita pertama melingkari kepala melewati mata, yang kedua dibagian depan sirip punggung dan yang ketiga memotong sirip punggung bagian belakang sampai ke pangkal ekor. Sirip berwarna merah oranye kecuali sirip punggung yang terpotong garis hitam.

Menurut (Kottelat, 1993) klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Osteichthyes
Class : Actinopterygii
Subclass : Neopterygii
Infraclass : Teleostei
Superorder : Ostariophysi
Order : Cypriniformes
Superfamily: Cobitoidea
Family : Cobitidae
Subfamily : Botiinae
Genus : Chromobotia Kottelat, 2004
Species : Chromobotia macracanthus
Selengkapnya...

Minggu, Agustus 15, 2010

Penyakit Ikan - Pencegahan dan Pengobatan

Penyakit Ikan - Pencegahan dan Pengobatan

Penyakit ikan telah menjadi sebuah trauma bagi insan perikanan, khususnya pembudidaya. Penyerangan penyakit bisa merugikan mereka, bahkan bisa membuatnya bangkrut. Agar tidak terjadi maka harus dilakukan pencegahan. Bagaimana melakukan pencegahan itu tergambar dalam artikel ini.

Penyakit ikan dapat diartikan sebagai suatu organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh ikan sehingga organ tubuhnya terganggu (Arie, 2001). Dengan terganggunya organ tubuh maka terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan. Bila serangan penyakit sangat parah, kematian tak bisa dihindarkan dan bisa menimbukan kerugian yang sangat besar.

Timbulnya suatu penyakit pada ikan dapat disebabkan tiga factor, yaitu kondisi tubuh ikan yang kurang baik, lingkungan kolam yang kurang baik dan patogen atau hewan lain pembawa penyakit. Ketiga factor tersebut mempunyai hubungan yang erat sekali sebab bila salah satu factor terjadi maka serangan penyakit pasti terjadi.

Oleh sebab itu untuk mencegah timbulnya penyakit, maka kondisi tubuh ikan dan lingkungan hasru di jaga agar tetap baik dan hindarilah masuknya hewan pembawa penyakit. Kondisi tubuh ikan yang kurang baik dapat terjadi akibat lingkungan yang kurang baik, misalnya kualitas airnya buruk. Kondisi ini dapat menyebabkan napsu makannya menurun yang akhirnya menjadi loyo. Dalam kondisi tubuh yang loyo, kemudian ada patogen, maka terjadilah serangan penyakit.

Beda lagi kalau kondisi tubuh ikan baik, bagaimanapun buruknya lingkungan dan ada tidaknya patogen serangan penyakit tidak akan terjadi, asalkan tidak berlangsung lama. Jadi salah upaya pencegahan dalam budidaya ikan adalah bila melihat kualitas air yang kurang baik segera lakukan penggantian air.

Bila dilihat dari sifat penyerangannya, penyakit ikan dapat dibedakan ke dalam dua golongan,yaitu endotern dan exotern. Endotern adalan jenis-jenis penyakit yang biasa menyerang tubuh bagian dalam, seperti hati, paru-paru, usus, dan bagian tubuh dalam lainnya. Sementara exotern adalah jenis-jenis penyakit yang menyerang organ tubuh bagian luar, seperti kaki (pada bullfrog), perut, kepala dan bagian tubuh luar lainnya.

Serangan penyakit pada ikan dapat terjadi pada fase telur, fase berudu, fase percil dan fase bullfrog dewasa. Beberapa penyakit bullfrog yang sering terjadi di Indonesia, diantaranya penyakit kapas, ekor putih, spring plague, tuberculosis, kaki merah (pada bullfrog), kembung (dropsy pada bullfrog), borok dan mata putih.

Dalam mengendalikan hama dan penyakit, pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Selain tidak menimbulkan efek sampingan, tindakan pencegahan juga tidak mememerlukanbiaya yang besar. Pencegahan senaiknya dilakukan sebelum kegiatan pemeliharaan dimulai atau pada saat tanda-tanda serangan penyakit mulai terlihat untuk mencegah meluasnya penyakit.

Inilah kiat untuk mencegah penyakit (1). Mengeringkan kolam untuk memotong siklus hidup penyakit. (2) Melakukanpengapuran pada waktu persiapan kolam sehingga dapat membunuh hama dan penyakit, selain itu juga dapat meningkatkan pH. (3) Menjaga lingkungan sesuai dengan yang dibutuhkan bullfrog. (4). Menjaga kondisi lingkungan kandang agar tetap bersih

(5). Melakukan penebaran dengan padat tebar bullfrog yang optimal. Tujuannya untuk mengurangi terjadinya kontak badan langsung dan untuk menghindari kanibalisme. (6). Memberikan pakan tambahan yang cukup, tetapi tidak berlebihan sebab paka yang berlebihan dapat mencemari lingkungan hidup bullfrog (7). Melakukan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan luka pada tubuh bullfrog.

(8) Menghindari masuknya binatang-binatang pembawa penyakit seperti burung dan siput. Apabila tindakan pencegahan masih belum berhasil dan bullfrog masih terserang penyakit maka baru dilakukan pengobatan. Tindakan pengobatan sebaiknya merupakan tindakan terakhir sebab selain mempunyai efek sampingan juga membutuhkan biaya yang besar. Jangan sampai harga obatnya melebihi harga jual bullfrog yang akan diobati. Ini sangat tidak ekonomis.

Berikut ini beberapa kiat pengobatan yang bisa dilakukan dalam pengobatan ikan
(1). Pengobatan langsung, yaitu dengan menebarkan bahan kimia atau obat ke wadah pemeliharaan bullfrog secara langsung dengan dosis dan waktu yang telah ditentukan.

(2). Treatment, yaitu dengan merendam bullfrog-bullfrog yang terserang penyakit ke dalam suatu larutan bahan kimia atau obat dengan dosis dan waktu yang telah ditentukan.

(3) Pengobatan melalui makanan (oral), yaitu dengan memberi pakan yang sudah dicampur obat dengan dosis tertentu pada bullfrog yang sudah terserang penyakit.

(4). Pengobatan langsung pada bullfrog yang terserang, yakni dengan mengambil bullfrog-bullfrog yang terserang lalu diolesi obat yang sesuai atau disuntik.

Sumber : http://iaspbcikaret.org
Selengkapnya...

Jumat, Maret 26, 2010

Blackghost

Black Ghost


Black Ghost (Apteronotus albifrons) comes from South America region and are carnivorous. Original habitat temperature 25-28 ° C; pH 6,5-7,0; and hardness 6-10 ° dH. Her form was like a sheet of leaves or a knife with a plain black color and swim vibrate or slide.


Fish is happy with the place was quite dark or dimly lit and will hide when there is a hole, especially in the afternoon. Therefore, in case maintenance is needed provided the hiding place of the roots of trees or paralon pieces. Between males and females difficult to distinguish. Back to the male line a little shorter than females. In addition, the tail fin is narrower in females than males.

Spawning can be done in pairs or mass. Mass spawning with male female ratio 1: 2. However, because the size of the parent can be more than 20 tail then the container should be large enough. Cement pond approximately 1.5 cm x 2.0 m usually be used to memijahkan 20 tails. While the aquarium size 100 cm x 40 cm x 40 cm good enough to accommodate around 5-8 tail stem.


Nest for spawning usually a sheet of fern stems (for orchids) which are stacked or arranged two. Fern stems are crushed stone or fastened so as not to move and sink in water. The eggs of these fish will usually be placed in the holes of the sheet sprayed by ferns.


Generally, spawning took place at night so the morning nest full of eggs can be taken to hatched. Decision nests and eggs should be as early as possible before sunrise. Carried eggs in the aquarium with gentle aeration. Try to place the penetasannya bit dark because the newly hatched larvae can not stand the light.

Laying nest should incline to the wall or the edge of the aquarium so that later the larvae can freely out of the nest.
Eggs will hatch in 2-3 days. The larvae will still be stuck in the nest. After three days, the larvae will swim and feed ready to be given a strained water fleas. The water started to be replaced. Although already able to swim, larvae are still happy to hide in the holes of the nest so the nest should be left until the larvae large enough.


For enlargement, the fish can be given feed silk worms, mosquito larvae and blood worms. Replacement of water must have done every day as much as a quarter of the volume of water when the container of aquarium. If the container in the form of ponds, water replacement is done every 2-3 days. In addition, to the rearing containers should be complemented with a hiding place like pieces stacked paralon to fish more comfortable. Size selling approximately 5 cm achieved at the age of 3 months.

source: Darti S.L and Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Selengkapnya...

Rabu, Maret 17, 2010

10 Tips For A Successful Betta Splendens Reproduction

Betta splendens is one of the most wanted fish in everyone's aquarium. Breeding Bettas is not hard, though you might face problems at spawning them. They are oviparous fish, the male builds a nest in which the eggs/fry are kept for few days under the strict care of the Betta male. If you follow the next advices, you have big chances to get nice results of your Betta fish spawning.


1. Reproduction tank equipment: volume of 15-20 liters, a heater, a thermometer and air pomp connected to an air rock which will spread small bubbles. You need small bubbles because the fry are very sensitive to water movements and you don't want them to suffer.

2. The aquarium water must have a temperature of 28-29° C, a higher temperature will hurry the eggs hatching and the fry won't be fully developed. Keep the temperature constant using the heater and check it with the thermometer to make sure it is at the right level.

3. The water depth mustn't excel 10-15 cm because the Betta eggs are denser than water and they fall down from the nest. The male picks them up in its mouth and brings them back in the bubble nest, but a water column over 15 cm will tire it after few repetitions.

4. Cover the reproduction aquarium with a lid in order to keep the same temperature for the air inside the aquarium. The fry develop their labyrinth after about 30 days and they are very sensitive to temperature changes. The lid also protects against air flow which could ruin the bubble nest.

5. Select a compatible pair of Bettas. At first attempts you'll only want to get some fry and you won't be interested in colors/fins, but after some successful spawns you'll be more pretentious. So you'll chose same colored Bettas or even more, you'll look for developing some nice fins (double tails, crown tails, half moons, etc) but this is another discussion...

6. Introduce the male in the evening and only next morning introduce the female, considering that the male has already built the bubble nest. During the night keep the female in a jar near the aquarium and assure some light in order to make eye contact between the male and female; this will stimulate the bubble nest building.

7. The next day, after introducing the female, the Betta male will brutally chase her. That's why you have to put some plants in the corners of the aquarium in order to assure hiding places for the female. Also make sure you add some floating plants in order to help the bubble nest building.

8. After the first successful egg evacuation, the male (sometimes the female too) will take them (in the mouth) from the bottom of the aquarium and bring up in the bubble nest. You don't have to panic because this is a natural thing, so don't take the fish out thinking they eat their eggs ;)

9. A good pair of Bettas can spawn up to 400-500 eggs, after which the female has to be taken out from the aquarium because the male will brutalize her in order to protect the nest. Put the female, for a few hours, in a jar with water where you added some metilen blue in order to prevent eventually infections caused by the wounds.

10. After about 48 hours the fry will hatch and the Betta male will assure they stay together in the bubble nest. After another 2-3 days the fry will swim free. Now it's time to take out the male and start feeding them with Paramecium and/or Artemia salina (Baby Brine Shrimp).

This is it ;) 10 tips for a successful Betta splendens reproduction. You can find advanced information on specialized websites, books, etc, but following this article should familiarize you with the Betta splendens reproduction needs.

Author : Laurentiu Craciunas
Selengkapnya...

Sabtu, Maret 13, 2010

Budidaya Ikan Mas Koki Mutiara

IKAN koki mutiara merupakan jenis ikan mas yang mempunyai tubuh bulat dengan kepala kecil dan ekor lebar. Ikan ini berasal dari daratan China, namun di Indonesia sudah lama dapat dibudidayakan. Pemasaran ikan ini selain di dalam negeri juga merupakan jenis ikan yang dieksport dan harganyapun cukup tinggi.


Untuk pemijahannya, pemilihan induk harus benarbenar baik. Induk yang baik untuk dipijahkan sudah berumur + 8 bulan, dengan ukuran minimum sebesar telur itik. Selain itu pilih induk yang berkepala kecil dengan tubuh bulat, sisik utuh dan tersusun rapih. Jika ikan sedang bergerak, ekor dan sirip akan kelihatan tegak. Dan untuk mendapatkan keturunan yang berwarna, maka calon induk yang akan dipijahkan berwarna polos. Gunakan induk jantan berwarna putih dan betina berwarna hitam atau hijau lumut atau sebaliknya.

Sebaiknya sebelum melakukan pemijahan, terlebih dahulu kita harus menyeleksi jantan dan betina. Untuk perbedaan jantan dan betina: Induk Jantan; a. Pada sirip dada terdapat bintikbintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar. b. Induk yang telah matang jika diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih

Induk Betina; a. Pada sirip dada terdapat bintikbintik dan terasa halus jika diraba. b. Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahmerahan.

Selanjutnya sebelum melakukan pemijahan sebaiknnya dilakukan pembersihan bak/aquarium. Apabila telah bersih diisi dengan air yang telah diendapkan + 24 jam, kemudian letakkan eceng gondok untuk melekatkan telurnya. Kemudian pilihlah induk yang telah matang telur, masukkan ke dalam bak pada sore hari. Bila pemilihan induk dilakukan dengan cermat, biasanya keesokan harinya telur sudah menempel pada akar eceng gondok. Karena telur tidak perlu dierami, induk dapat segera dipindahkan ke kolam penampungan induk, untuk menunggu sampai saat pemijahan berikutnya. Jika perawatannya baik, maka 3 4 minggu kemudian induk sudah dapat dipijahkan kembali.

Setelah 2 3 hari telur akan menetas, sampai berumur 2 ~ 3 hari benih belum diberi makan, karena masih mempunyai persediaan makanan pada yolk sacnya (kuning telur). Pada hari ke 3 4 benih sudah dapat diberi makanan kutu air yang telah disaring. Setelah berumur + 15 hari benih mulai dicoba diberi cacing rambut di samping masih diberi kutu air, sampai benih keseluruhannya mampu memakan cacing rambut, baru pemberian kutu air dihentikan.

Untuk telur yang ditetaskan di aquarium maka sebaiknya setelah benih berumur + 1 minggu dipindahkan ke bak/kolam yang lebih luas. Ketinggian air dalam bak 10 15 cm dengan pergantian air 5 7 hari sekali. Setiap pergantian air gunakan air yang telah diendapkan lebih dahulu. Untuk menghindari sinar matahari yang terlalu terik diperlukan beberapa tanaman pelindung berupa eceng gondok.

Selanjutnya pembesaran ikan dilakukan setelah benih berumur lebih dari 1 bulan sampai induk. Jenis koki mutiara ini memerlukan banyak sinar matahari, untuk itu tanaman eceng gondok dapat dikurangi atau dihilangi. Untuk tahap pertama pembesaran dapat ditebar + 1.000 ekor ikan dalam bak berukuran 1,5 x 2 m. Kemudian penjarangan dapat dilakukan setiap 2 minggu dengan dibagi 2.

Selain itu yang perlu diperhatikan adalah pergantian air dapat dilakukan 3 5 hari sekali, juga dengan air yang telah diendapkan. Begitu juga dengan makanan yang diberikan berupa cacing rambut. Makanan diberikan pada pagi hari secara adlibitum (secukupnya). Jika pada sore hari makanan masih tersisa, segera diangkat/dibersihkan.

Setelah berumur 4 bulan ikan sudah merupakan calon induk. Untuk itu jantan dan betina segera dipisahkan sampai berumur 8 bulan yang telah siap dipijahkan. Untuk induk ikan sebaiknya makanan yang diberikan yaitu berupa jentik nyamuk (cuk). Sepasang induk dapat menghasilkan telur 2.000 s/d 3.000 butir untuk sekali pemijahan.

Ikan mas koki mutiara mempunyai nilai ekonomis tinggi. Untuk benih berumur 1 bulan harganya berkisar Rp. 30, s/d Rp. 50, sedangkan sepasang induk berkisar Rp. 5.000, s/d 10.000,. Dengan cara pemeliharaan yang tepat disertai ketekunan dapat diharapkan penghasilan yang lumayan.
Sumber : www.waspada.co.id
Selengkapnya...

Selasa, Maret 09, 2010

Sukses budidaya ikan

kunci keberhasilan dalam budidaya ikan

ketika kita berbicara tentang ikan tidak akan dipisahkan dari makanan, makan adalah sebuah kebutuhan rutin manusia. Ikan merupakan salah satu penyedia gizi untuk manusia karena ikan mengandung banyak protein yang berguna bagi tubuh manusia.
dengan pertumbuhan populasi meningkatkan permintaan ikan meningkat.


Untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan tersebut kita tidak hanya akan mengutamakan produksi ikan dari menangkapnya, karena jika terus mengandalan produksi untuk menangkap potensi penangkapan ikan secara berlebihan terutama pada saat memancing di luar kendali. untuk memenuhi kebutuhan ikan yang kita butuhkan untuk meningkatkan budidaya ikan, budidaya ikan baik di kolam, sawah, kolam, dan lain-lain.
dalam budidaya tidak selalu berjalan lancar dan sering menghadapi kendala. Oleh karena itu di bawah ini kami akan menyebutkan beberapa kunci keberhasilan dalam budidaya ikan. adalah sebagai berikut:

1. pemilihan lokasi budidaya yang tepat
sumber air yang memadai dan tersedia sepanjang tahun, kemiringan kolam renang terbaik sehingga untuk memudahkan proses masuk dan pembuangan air kolam.

2. lokasi jauh dari sumber polusi atau limbah
jika sumber air kolam yang terkontaminasi akan mengakibatkan penurunan kualitas air, sehingga ikan tumbuh kurang baik.

3. akses ke lokasi kolam mudah.
Area kolam mudah untuk mengunjungi, itu berkaitan pada kemudahan dalam pemasaran ikan.

4. teknik budidaya ikan untuk menguasai
perlu mengetahui bagaimana budidaya ikan, teknik pengawetan ikan kekhawatiran, teknis hama penyakit ikan, kualitas air teknik, teknik konstruksi.

5. pengelolaan karyawan
karyawan pengaturan manajemen perlu menguasai, hal ini berkaitan dengan karyawan profesional.

6. akses pasar
pasar tidak jauh dari lokasi budidaya, mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sekitarnya.

Sumber : http://hobiikan.blogspot.com
Selengkapnya...

Breeding Gourami

Gouramis are a quite popular chocies among fish hobbyists. For novice fish breeders, breeding gouramis can be an appealing challenge. Getting them to spawn and raising the fry can be a rewarding experience.

Gouramis are labyrinth fishes. They have labyrinth, which is an air-filled breathing hole, located under the gill covers. This kind of fish can often be seen going to the surface of the water to take in fresh air, making them survive waters with low oxygen levels. There are many different types of gouramis, which all originally came from South and Southeast Asia. Most species are easy to breed, however a few species like Helostoma temmincki (the Kissing Gourami), Osphromenus goramy (the Giant Gourami), Sphaerichthys osphromenoides (the Chocolate Gourami) are rather difficult. Some of the favmost popular species include the Pearl Gourami (Trichogaster leeri), the Dwarf Gourami (Colisa lalia) and the Honey Gourami (Colisa sota). And these are the species I am going to say a few words about breeding.


The pearl gourami is one of the most beautiful of all the gouramis. The body and fins have lovely mosaic pearls that shine in the lights. The length for female can reach 10cm, 12cm for male. These gouramis love shallow, warm (around 27 C), and slowly flowing waters. They are very calm fish and easy to keep. They eat just about anything; however green flakes and Grindal worms are preferable. The breeding aquarium should be 80 cm in length or larger, with some suspended and anchored plants. The aquarium should be filled with about 15-20cm of water with no air or filtration, temperature 29C. Up to 2000 eggs can be laid in one spawning. When the fry become free swimming the male should be removed from the aquarium. The female should be removed right after spawning.

The dwarf gourami has diagonal turquoise blue stripes on their reddish orange body. The males are larger and more colorful than the females. The male becomes very brightly colored at spawning time. Their nature and needs of treatment are similar to those of the pearl gouramis, they will eat anything they are being feed, however they prefer live foods and prepared mixtures. Best spawned in a separate aquarium especially setup for this purpose. Place a well-conditioned pair into a 40-liter or 60-liter, thickly planted aquarium with a lot of floating plants. The spawn can consist of 300 to 700 eggs. After spawning is completed, the female should be removed. The male will tend the spawn until the fry become free swimming, and then he should be removed too.

The males of honey gourami have beautiful bright orange-yellow color. The females are plain, have slightly shaded brownish orange body with a silvery fluorescent glow. They prefer aquariums with some thickly planted areas and with some open swimming areas. They usually eat anything you provide them with. These fish are moderately easy to breed, though a little more difficult than the dwarf gourami. For a pair, prepare a 40-liter aquarium without air stone or filter. The male will build a large bubble nest. The eggs will when laid float up into the bubble nest, where the male will guard over them until they hatch and the fry becomes free swimming, which is when he should be removed. The female should be removed right after spawning.

Author : William Berg
Selengkapnya...

Senin, Februari 22, 2010

Definisi ikan

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak (jv, bjn), jukut (vkt).

Klasifikasi
Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan.
Ikan adalah kelompok parafiletik: ini berarti, setiap kelas yang memuat semua ikan akan mencakup pula tetrapoda yang bukan ikan. Atas dasar ini, pengelompokan seperti Kelas Pisces, seperti pada masa lalu, tidak layak digunakan lagi.

Berikut adalah unit-unit yang mencakup semua vertebrata yang biasa disebut sebagai ikan:

*
o
+ Subkelas Pteraspidomorphi (ikan tak berahang primitif)
o Kelas Thelodonti
o Kelas Anaspida
o (tidak berstatus) Cephalaspidomorphi (ikan tak berahang primitif)
+ (tidak berstatus) Hyperoartia
# Petromyzontidae (lamprey)
o Kelas Galeaspida
o Kelas Pituriaspida
o Kelas Osteostraci
* Infrafilum Gnathostomata (vertebrata berahang)
o Kelas Placodermi (ikan berperisai, punah)
o Kelas Chondrichthyes (ikan bertulang rawan: hiu, pari)
o Kelas Acanthodii (hiu berduri, punah)
* Superkelas Osteichthyes (ikan bertulang sejati: mencakup hampir semua ikan penting masa kini)
o Kelas Actinopterygii (ikan bersirip kipas)
o Kelas Sarcopterygii (ikan sirip berdaging/ikan bersirip cuping)
+ Subkelas Coelacanthimorpha (coelacanth)
+ Subkelas Dipnoi (ikan paru)

Ekologi ikan
Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Namun, danau yang terlalu asin seperti Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan dibudidayakan untuk dipelihara untuk dipamerkan dalam akuarium.

Ikan adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain, seperti moluska dan krustasea kadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan. Menangkap ikan untuk keperluan makan dalam jumlah kecil atau olah raga sering disebut sebagai memancing. Hasil penangkapan ikan dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100 juta ton.

Overfishing adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan penangkapan ikan secara berlebihan. Fenomena ini merupakan ancaman bagi berbagai spesies ikan. Pada tanggal 15 Mei 2003, jurnal Nature melaporkan bahwa semua spesies ikan laut yang berukuran besar telah ditangkap berlebihan secara sistematis hingga jumlahnya kurang dari 10% jumlah yang ada pada tahun 1950. Penulis artikel pada jurnal tersebut menyarankan pengurangan penangkapan ikan secara drastis dan reservasi habitat laut di seluruh dunia.

Sumber : http://id.wikipedia.org
Selengkapnya...

Senin, Januari 18, 2010

Morfologi Ikan

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Pada dasarnya bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya yang mengalami metamorfosis dan mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat). Namun demikian pada sebagian besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit.


Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air juga erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) hewan air tersebut. Morfologi adalah bentuk tubuh (termasuk warna) yang kelihatan dari luar. Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) hewan air tersebut.

Pada dasarnya morfologi dari setiap jenis hewan air yang masih dekat kekerabatanya mempunyai kemiripan-kemiripan, seperti anatomi dan morfologi udang, kepiting dan lobster hampir mirip. Hal yang sama juga akan kita dapati pada berbagai jenis ikan serta pada berbagai jenis hewan lainya.

Pada dasarnya kita mengenal berbagai jenis hewan air, diantaranya yang paling umum kita kenal adalah ikan, udang, moluska, amfibi, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan ikan adalah hewan bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin, hidup diair, bergerak dan mempertahankan keseimbangan tubuhnya dengan menggunakan sirip; dan bernafas dengan insang, namun selain menggunakan insang ada juga ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan yang fungsinya sama dengan “paru-paru”.

Ikan

Pada ikan dan pada hewan air lainnya pada umumnya bagian tubuh dibagi menjadi tiga bagian yakni bagian kepala, badan dan ekor (Gambar 1), namun pada setiap jenis ikan ukuran bagian-bagian tubuh tersebut berbeda-beda tergantung jenis ikannya (perhatikan morfologi ikan pada Gambar 3) . Adapun organ-organ yang terdapat pada setiap bagian tersebut adalah:

1. Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga hingga ujung operkulum (tutup insang) paling belakang. Adapun organ yang terdapat pada bagian kepala ini antara lain adalah mulut, rahang, gigi, sungut, cekung hidung, mata, insang, operkulum, otak, jantung, dan pada beberapa ikan terdapat alat pernapasan tambahan, dan sebagainya.

2. Bagian badan yakni dari ujung operkulum (tutup insang) paling belakang sampai pangkal awal sirip belang atau sering dikenal dengan istilah sirip dubur. Organ yang terdapat pada bagian ini antara lain adalah sirip punggung, sirip dada, sirip perut, hati, limpa, empedu, lambung, usus, ginjal, gonad, gelembung renang, dan sebagainya.

3. Bagian ekor, yakni bagian yang berada diantara pangkal awal sirip belakang/dubur sampai dengan ujung terbelakang sirip ekor. Adapun yang ada pada bagian ini antara lain adalah anus, sirip dubur, sirip ekor, dan pada ikan-ikan tertentu terdapat scute dan finlet, dan sebagainya.

Bentuk tubuh atau morfologi ikan erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita lihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) ikan tersebut. Dengan melihat morfologi ikan maka kita akan dapat mengelompok-ngelompokan ikan/hewan air, dimana sistem atau caranya mengelompokan ikan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi ikan. Dengan demikian, maka sistematika atau taksonomi ini merupakan ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan ikan/hewan air atau hewan lainnya.

Pada sistematika/taksonomi ini, ada tiga pekerjaan yang biasa dilakukan, yakni identifikasi, klasifikasi dan pengamatan evolusi. Pada identifikasi yaitu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat terhadap suatu jenis/spesies untuk selanjutnya memberi nama ilmiahnya sehingga dapat diakui oleh para ahli di seluruh dunia. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa pada saat kita melakukan identifikasi sama halnya dengan kita melakukan analisis. Setelah melakukan identifikasi selanjutnya melakukan klasifikasi, pada tahap ini dilakukan penyususnan kategori-kategori yang lebih tinggi dan menetapkan ciri-cirinya sehingga pada akhirnya akan diketemukan klasifikasinya. Dengan melihat hal ini, maka dapat dikatakan bahwa klasifikasi merupakan taraf untuk melakukan sintesis. Adapun pada penelitian terjadinya spesies dan pengamatan terhadap faktor-faktor evolusi, bertujuan untuk mengetahui pembentukan spesies lain yang sudah ada dan menelaah kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan di kemudian hari. Untuk mencapai tujuan ini maka dilakukan penelaahan kemungkinan terjadinya perubahan pada saat terjadi perubahan kondisi dan menelaah faktor pendorong dan penghambat perubahan tersebut. Adapun morfologi ikan yang terlihat dengan jelas dari luar antara lain adalah bentuk badan, mulut, cekung hidung, mata, tutup insang, sisik, gurat sisi (linea lateralis/LL), sirip dada, sirip perut, sirip punggung, sirip belakang, dan sirip ekor, bentuk dari sirip-sirip tersebut serta warna badan dan atau bagian-bagian badan tersebut.

1. Bentuk tubuh ikan

Antara jenis yang satu dengan jenis lainnya berbeda-beda. Perbedaan bentuk tubuh ini pada umumnya disebabkan oleh adanya adaptasi terhadap habitat dan cara hidupnya. Adapun bentuk-bentuk tubuh ikan tersebut dibagi dua yakni ikan yang bersifat

a. Simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibeah ditengah dengan potongan sagital, maka kita akan mendapatkan hasil yang sama persis antara bagian kiri dan bagian kanannya

b. Non simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibeah ditengah dengan potongan sagital, maka kita akan mendapatkan hasil yang berbeda antara bagian kiri dan bagian kanannya

a. Simetri bilateral

Dilihat dari bentuk tubuh terutama dari penampang melintangnya ada beberapa macam bentuk tubuh ikan simetri bilateral, bentuk-bentuk tersebut adalah:

1 Pipih/kompres yakni ikan yang bertubuh pipih atau dengan kata lain lebar tubuh jauh lebih kecil dibanding tinggi tubuh dan panjang tubuh seperti yang tertera pada

2 Picak/depres yakni ikan yang lebar tubuhnya jauh lebih besar dari tinggi tubuhnya

3 Cerutu/fusiform yakni ikan dengan tinggi tubuh yang hampir sama dengan lebar dan panjang tubuhnya beberapa kali ukuran tingginya

4 Ular/sidat yakni ikan yang bentuk tubuhnya menyerupaibelut atau ular

5 Tali/filiform yakni ikan yang bentuk tubuhnya menyerupai tali

6 Pita/taeniform/flattedform yakni ikan yang bentuk tubuhnya memanjang dan tipis menyerupai pita

7 Panah/sagittiform yakni ikan yang bentuk tubuhnya menyerupai anak panah

8 Bola/globiform yakni ikan yang bentuk tubuhnyamenyerupai bola

9 Kotak/ostraciform yakni ikan yang bentuk tubuhnya menyerupai kotak

b.Non simetri bilateral

Ikan yang non simetri bilateral diantaranya adalah ikan sebelah dan ikan lidah

2. Bentuk Mulut Ikan

Ada beberapa macam bentuk mulut ikan. Bentuk mulut ikan antara jenis ikan satu dengan jenis ikan lainnya berbeda-beda tergantung pada jenis makanan yang dimakannya. Secara umum ada empat jenis mulut ikan yaitu:

1. Bentuk seperti tabung (tube like)

2. Bentuk seperti paruh (beak like)

3. Bentuk seperti gergaji (saw like)

4. Bentuk seperti terompet

Mulut Dapat Disembul dan Tidak

Berdasarkan dapat tidaknya disembulkan, mulut ikan dibedakan menjadi 2, yakni:

1. Dapat disembulkan

2. Tidak dapat disembulkan

Posisi Mulut

Posisi mulut pada ikan juga bervariasi tergantung dimana letak habitat makanan yang akan dimakannya. Ada empat macam posisi mulut ikan yakni

1. Posisi terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung (Gambar 17)

2. Posisi sub terminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung (Gambar 18)

3. Posisi superior, yaitu mulut yang terletak di atas hidung (Gambar 19)

Posisi inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung (Gambar 20


3. Bentuk Sirip

Bentuk sirip pada ikan baik sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip belakang (dubur) maupun sirip ekor beraneka ragam untuk lebih jelasnya bisa diperhatikan Gambar 3 sampai dengan Gambar 20. Dari semua sirip-sirip tersebut yang lebih khas bentuknya dan terdapat pada berjenis-jenis ikan adalah sirip ekor. Pada dasarnya ada sepuluh macam bentuk sirip ekor (Gambar 1-20 dan Gambar 21), yakni:

1. Sirip ekor bercagak seperti pada ikan mas (Cyprinus carpio), ikan tawes (Puntius javanicus), ikan bawal (Pampus sp), dan sebagainya.

2. Sirip ekor berpinggiran tegak, seperti pada ikan buntal (Tetraodon sp)

3. Sirip ekor berpinggiran tegak, seperti pada ikan tambakan (Helostoma temmincki)

4. Sirip ekor berlekuk kembar, seperti pada ikan Scatophagus argus

5. Sirip ekor berbentuk membundar, seperti pada ikan gurame (Osphronemus gouramy)

6. Sirip ekor berbentuk bajir, seperti pada ikan bloso (Glossogobius sp)

7. Sirip ekor berbentuk meruncing, seperti pada ikan belut (Monopterus albus)

8. Sirip ekor berbentuk sabit, seperti pada ikan tongkol (Euthynus sp)

9. Sirip ekor berbentuk episerkal, dalam hal ini ekor bagian atasnya lebih panjang dibanding ekor bagian bawahnya seperti yang terdapat pada ikan atlantik sturgeon (Acipencer oxyrhynchus)

10. Sirip ekor berbentuk hiposerkal, dalam hal ini ekor bagian bawah lebih panjang dibanding ekor bagian atasnya seperti yang terdapat pada ikan caracas (Tylosurus sp)

4. Linealateralis (LL)

Kalau kita perhatikan morfologi ikan, kita eringkali mendapatkan ada semacam garis titik-titik pada ikan yang dikenal dengan istilah lineateralis (LL). Linealateralis adalah garis yang dibentuk oleh pori-pori, sehingga LL ini terdapat baik pada ikan yang bersisik maupun ikan yang tidak bersisik. Pada ikan yang tidak bersisik LL terbentuk oleh pori-pori yang terdapat pada kulitnya, sedangkan pada ikan yang bersisik LL terbentuk oleh sisik yang berpori. Pada umumnya ikan mempunyai satu buah garis LL, namun demikian adapula ikan yan mempunyai beberapa buah LL. LL ini berfungsi LL untuk mendeteksi keadaan linkungan, terutama kualitas air dan juga berperan dalam proses osmoregulasi.

Selain hal tersebut di atas, ikan seringkali mempunyai ciri-ciri khusus, dalam hal ini ada ikan yan mempunyai finlet, skut atau kil dengan definisi sebagai berikut.

• Finlet adalah sirip-sirip kecil yang terdapat di belakang sirip punggung dan sirip belakang (dubur), contohnya akan kita dapati pada ikan kembung (Rastrelliger sp) (Gambar 22)

• Skut adalah kelopak tebal pada bagian perut atau bagian pangkal ekor ikan selar (Caranx sp) (Gambar 23)

• Kil adalah rigi-rigi yang puncaknya meruncing dan terdapat pada pada batang ekor, seperti yang terdapat pada ikan tongkol (Gambar 24)

• Sirip lunak (adipose fin) adalah sirip tambahan berupa lapisan lemak yang ada di belakang sirip punggung atau sirip belakang seperti pada ikan jambal (Ketengus sp) (Gambar 25)

5. Ciri Meristik dan Ciri Morfometrik

Dalam menentukan identifikasi seringkali kita melakukan pengukuran-pengukuran dan penghitungan yang dikenal dengan ciri meristik dan morfometrik. Adapun yang dimaksud dengan meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh tertentu seperti jumlah jari-jari keras dan jumlah jari-jari lemah pada sirip punggung, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh seperti panjang total, panjang kepala, dan sebagainya. Adapun ukuran yang biasa dilakukan pada ikan (Gambar 26) adalah

• Panjang total yakni jarak antara ujung kepala yang terdepan (biasanya ujung rahang terdepan) dengan ujung sirip ekor paling belakang

• Panjang baku adalah jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan pelipatan pangkal sirip ekor

• Panjang ke pangkal cabang sirip ekor yakni jarak antara ujung kepala terdepan dengan lekuk cabang sirip ekor

• Tinggi badan yakni ukuran tertinggi antara dorsal dengan ventral

• Panjang kepala adalah jarak antara ujung kepala terdepan dengan ujung operkulum terbelakang

Krustase

Hewan air yang bernilai ekonomis penting adalah udang, kepiting dan lobster yang termasuk pada Kelas Krustase. Krustase berasal dari kata crusta yang berarti cangkang keras. Dalam hal ini krustase mempunyai eksoskeleton (kerangka luar) dari bahan kitin yang keras. Kelas Krustase ini merupakan satu-satunya klas dari filum Arthropoda yang anggotanya banyak hidup di lingkungan perairan, khususnya di laut. Kelas Krustase ini merupakan satu-satunya kelas dari Filum Arthropoda yang anggotanya banyak hidup di lingkungan perairan. Adapun morfologi udang (tubuh udang) terdiri dari kepala, toraks dan abdomen, namun antaranya kepala dan toraks bersatu dan gabungan keduanya dinamakan sefalotoraks; sehingga tubuh udang hanya terdiri dari sefalotoraks dan abdomen. Sefalotoraks diselaputi oleh karapas yang menyelubungi baik bagian dorsal dan laterial. Pada sefalotoraks terdapat antena dan antenula yang berfungsi sebagai indera (sensori), mata majemuk yang bertangkai dan dapat digerakan, mulut, mandibula dan insang. Selain itu juga terdapat kaki jalan sebanyak lima pasang. Kaki jalan ini juga disebut pereiopod.

Di bagian abdomen udang terdapat kaki renang yang sering disebut plepoid; plepoid ini berfungsi untuk berenang. Dan di bagian ujung terdapat telson dan urorod yang berfungsi untuk berenang. Tepat dibawah telson terdapat lubang anus yang berfungsi untuk melakukan ekskresi.

Sumber : hobiikan.blogspot.com

Selengkapnya...